Arsip Kategori: Ibadah Minggu

MENJADI GARAM DAN TERANG DUNIA


MINGGU I SETELAH EFIPANIAS

Topik: Naposo ni Debata gabe panondang tu angka bangso
(Hamba Tuhan menjadi terang bagi bangsa-bangsa)

Warna Tutup Altar : Bontar (Putih)
Warna Kekudusan

Ev. Yesaya 42:1-9
Ep. Kisah Para Rasul 10:34-43

MENJADI GARAM DAN TERANG DUNIA
Tuhan menciptakan kita untuk menjadi garam dan terang dunia. Terang yang bercahaya akan menghancurkan kegelapan di sekelilingnya. Apakah maksud Tuhan dengan berkata “kamu adalah terang dunia”? Matius 5 : 13-16 berkata bahwa kita adalah garam dan terang dunia. Garam ada untuk menghilangkan rasa tawar dan terang ada untuk melenyapkan kegelapan. Artinya setiap orang percaya ada untuk mengubah suatu lingkungan, bukan hanya untuk menghiasi keadaan. Seharusnya ketika kita hadir, damai sejahtera juga hadir disana, dan keadaan yang suram diubahkan! Perbedaan kita dengan dunia bukan hanya sekedar tidak berbuat dosa ketika orang lain berbuat dosa. Tetapi perbedaan kita terjadi karena kuasa terang Kristus yang memancar dari dalam roh kita dan mempengaruhi keadaan sekitar.

Bagaimana caranya agar terang kita memancar? Terang tidak dihasilkan dari luar ke dalam, tapi terang akan memancar dari dalam ke luar. Jangan menjadi munafik dengan tampil baik hanya di depan orang. Tetapi, hiduplah benar di hadapan Tuhan, bersekutu denganNya, maka terang dalam diri kita akan memancar keluar. Menjadi terang bukan berarti kita harus menjadi sukses, berbakat, dan pintar agar orang-orang yang melihat kita memuliakan Tuhan. Jangan-jangan kita hanya membuat mereka menjadi orang-orang yang memuliakan diri kita, dan bukan Tuhan.

HAMBA TUHAN MENJADI TERANG BAGI BANGSA-BANGSA


MINGGU I SETELAH EPHIPANIAS, 12 Januari 2020
(Yesaya 42:1-9)

Istilah “hamba Tuhan” memiliki pengertian mengabdi kepada Tuhan. Dalam Lukas 1:38 ialah “doulos” yang berarti “budak” atau “pelayan”. Pengertian tersebut menunjukkan seseorang yang mengabdikan dirinya dan telah menyerahkan hak hidupnya kepada tuannya karena telah dibeli atau ditebus. Secara sederhana hamba Tuhan diartikan “dia yang melakukan perintah Tuhan”, dan itu bisa siapa saja, namun secara khusus itu menunjuk kepada Tuhan Yesus. Lalu, apa yang dilakukan oleh hamba Tuhan? Yesus Kristus telah menghamba dan menanggung setiap beban hidup manusia.

Yesaya mengingatkan: Israel juga adalah hamba Tuhan. Mereka diminta membawa kabar baik; Dalam Yesaya 42:6 dikatakan  “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa”.

Pemilihan hamba Tuhan adalah Otoritas Tuhan, dan Inisiatif Tuhan, bukan kemauan atau prestasi seseorang. Menjadi hamba Tuhan berarti mengakui otoritas Tuhan sebagai sang pemilik hidup. Hamba Tuhan memikirkan kepentingan orang lain (persekutuan) dan Tidak berusaha ‘memanfaatkan’ Allah demi kepentingannya, tetapi mereka membiarkan Allah memakai hidupnya. Hamba Tuhan yang baik mempertanyakan apa yang ia kerjakan dan bukan menyelidiki apa yang dikerjakan orang lain.

Hamba Tuhan terpanggil membawa terang dan bukan sumber kegelapan. Di dunia ini mungkin kita bukan siapa-siapa, bukan seseorang yang di hormati dan kagumi karena jabatan atau kehormatan yang melekat pada diri kita, tetapi Tuhan memberikan kemuliaan yang jauh lebih besar nilainya dari apapun yang ada. Tuhan Yesus berkata “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat 5: 16). Ada terang yang terpancar dari kita yakni: kasih, kemurahan, kebaikan, dan kelemahlembutan. Kiranya kehadiran kita menjadi berkat bagi orang lain, sebagai berita sukacita. Amin.

Pdt. Rohara Panjaitan

ARTI MINGGU EPIFANIAS


MINGGU DUNG TAON BARU

Topik: Asi ni roha dohot hasintongan di bagasan Jesus Kristus
(Kasih karunia dan Kebenaran dalam Yesus Kristus)

Warna Tutup Altar : Bontar (Putih)
Warna Kekudusan

Ev. Johanes 1:14-18
Ep. Psalmen 147:12-20

ARTI MINGGU EPIFANIAS
Sebelum abad IV, Hari Epifania (Bhs Yun: Penampakan Diri) dirayakan sebagai hari kelahiran Kristus, yaitu pada tanggal 6 Januari (bukan tanggal 25 Desember) atau pada hari Minggu yang terdekat dan enam minggu sesudahnya. Sampai sekarang Epifania masih dirayakan oleh Gereja Ortodoks. Gereja Katolik merayakannya sebagai Hari Tiga Raja (para Majus) untuk memperingati penampakan Kristus setelah kelahiran-Nya: pada waktu Ia disembah oleh para majus, pada waktu Ia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, dan pada waktu Ia melakukan mukjizat pertama dalam pesta perkawinan di Kana.

Gereja Protestan merayakannya sebagai hari penampakan kemuliaan Yesus setelah dibaptis atau hari Perjamuan Kudus yang pertama. Lama masa Epifania, yang dimulai pada tanggal 6 Januari, bervariasi tergantung pada penetapan tanggal Paskah. Selambat-lambatnya masa Epifania berlangsung sampai Minggu Septuagesima, atau 64 hari sebelum Paskah. “Epifania” berarti “membuat nyata/jelas.” Ibadah-ibadah ditekankan pada pernyataan Yesus sebagai “Terang Bagi Bangsa-Bangsa Kafir” dan “Kemuliaan Israel,” pernyataan Simeon ketika bayi Yesus hadir di Bait Allah, pernyataan Yesus sebagai yang dikasihi Allah dalam baptisan-Nya, dan penyataan Yesus kepada seluruh dunia sebagaimana digambarkan oleh orang-orang Majus dari Timur.

APA YANG BARU DARI TAHUN BARU?


Waktu terus berjalan,
Bumi tetap berputar pada porosnya,
Matahari tetap terbit dari timur dan tenggelam di barat.
Hari tetap berganti dari pagi, siang, dan menuju malam.

Yang baru dari tahun baru adalah pemaknaan dan pembatasan manusia pada ruang, waktu dan peristiwa.
Maka sebenarnya yang terpenting dalam menyambut tahun baru bukanlah pergantian angka tahun dari 2019 ke 2020 yang selama ini kita rayakan dengan gegap gempita. Apa yang berjalan secara rutin ini harus kita pahami sebagai sesuatu yang lepas dari rutinitas, yakni Pembaharuan sikap dan karakter.

Tahun baru adalah momen yang penting untuk melakukan introspeksi atas segala kegagalan dan kekecewaan yang pernah terjadi. Momen yang tepat untuk melakukan evaluasi sekaligus apresiasi terhadap prestasi atau pelayanan yang telah kita capai hingga saat ini.

Ada ungkapan yang mengatakan, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia merupakan orang yang beruntung. Kalau sama saja, dia adalah orang yang merugi. Sedangkan kalau lebih buruk, dia adalah orang yang celaka”.

RENUNGAN AKHIR TAHUN


PARPUNGUAN BODARI UJUNG TAON
(Kebaktian malam akhir Tahun)

Topik: Kita tidak terpisahkan dari kasih Allah
(Ndang tarbahen sirang hita sian holong ni roha ni Debata)

Warna Tutup Altar : Putih (Na Bontar)
Warna simbol: Kesucian
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
RENUNGAN AKHIR TAHUN

Waktu terus bergerak sekalipun kita telah lelah untuk beranjak dari tempat kita berdiri, kita harus melangkah ke depan sekalipun kita telah kehilangan semangat dalam mengarungi kehidupan ini. Tapi inilah realitas dari kehidupan, ketika kita merasa telah berjuang begitu keras, ternyata masih banyak kerikil tajam yang masih mengganjal di setiap langkah kita, ketika kita telah berupaya, masih ada kegagalan yang menghampiri kita, masih ada tangis yang mengiringi jalan kita, masih banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan kita, apalagi ketika kita memasuki tahun-tahun penuh tantangan.

Di keluarga, ketika kita didudukkan sebagai anak, kita merasa kurang mendapat perhatian dari orang tua, dan sebaliknya sebagai orang tua, kita merasa anak zaman sekarang sangat sulit dididik, walaupun kita telah berupaya melakukan yang terbaik untuknya, lalu ketika usia kita beranjak senja, sebagai kakek dan nenek, kita merasa ditinggalkan dan terabaikan, kita juga kesepian. Di pekerjaan, ketika kita didudukkan sebagai karyawan, kita merasa tenaga kita telah diperas habis oleh perusahaan dan sebaliknya sebagai pemilik perusahaan, kita merasa karyawan kita kurang berdedikasi dan tidak bertanggungjawab, dan hanya pintar menuntut. Ketika rentetan peristiwa datang bertubi-tubi dan pertanyaan itu tak terjawabkan, kita dilanda rasa frustasi yang teramat sangat, kita merasa begitu lelah, kita merasa terabaikan, tubuh kita seakan mati rasa, denyut nadi kita berhenti sesaat, kita segera terjebak dalam ruang gelap yang tidak pernah kita tahu kapan berakhirnya. Mari kita buka mata dan hati kita, mari kita manfaatkan waktu ini untuk merenung, menelaah arti kehidupan. Mari kita kembali renungkan apa yang telah kita perbuat selama ini, bagaimana kita membangun rumah kita, seberapa baik kita telah membangun masa depan kita? Beban berat yang kita pikul akan menjadi lebih ringan, karena tangan-tangan kasih dari ayah bunda, saudara, kerabat dan teman akan membantu kita melaluinya. Dan kita pun akan menjadi kokoh.

MEMBERI DENGAN SUKACITA


MINGGU SETELAH NATAL
(Dung ari hatutubu ni Tuhan Jesus)

Topik: Mengingat Perbuatan Tuhan
(Marningot angka pambahenan ni Jahowa)

Warna Tutup Altar : Bontar (Putih)
Warna simbol: Kasih dan Keagungan Tuhan

Ev. Mazmur 77:6-16
Ep. 1 Timotius 1:12-17

MEMBERI DENGAN SUKACITA
Seorang pendeta ingin mengetahui apakah seorang petani anggota jemaatnya bersedia mendukung pekerjaan Tuhan atau tidak. Suatu hari ia menantang petani itu dengan beberapa pertanyaan. “Jika Anda mempunyai dua tanah pertanian,” tanya pendeta itu, “Apakah Anda bersedia memberikan salah satunya kepada Allah?” “Tentu saja!” jawab petani itu. “Saya berharap dapat melakukan hal itu saat ini juga.” Pendeta itu kemudian bertanya, “Jika Anda mempunyai yang 30 juta rupiah, maukah Anda memberikan 15 juta rupiah kepada Tuhan?” Tanpa ragu-ragu petani itu menjawab, “Saya sungguh ingin memiliki uang sebanyak itu! Saya akan sangat senang memberi dengan dermawan.” Kemudian pendeta itu mengajukan pertanyaan yang tajam: “Jika Anda memiliki dua ekor babi, maukah Anda memberikan yang satu kepada gereja?” Petani itu ragu-ragu sejenak dan tiba-tiba berkata, “Ini tidak adil. Anda tahu saya mempunyai dua ekor babi!” Berbicara tentang memberi dengan dermawan amatlah mudah bila Anda hanya punya sedikit untuk diberikan. Tetapi pada saat kantong kolekte dijalankan, beberapa orang Kristen dengan enggan memasukkan uang sesedikit mungkin. Bagaimana Memberi dengan Sukacita dan Apa Dampaknya? Jangan Kendor dalam hal Memberi. Komitmen untuk memberi itu jangan kendor. Dalam hal memberi persembahan, jangan menunggu moment, jangan menunggu ada acara-acara besar di gereja, baru kita memberi, Tetapi hendaknya kita selalu siap sedia dalam memberi pada Tuhan. Jangan Terpaksa dalam Memberi. Pemberian bukan bicara soal nominal, tetapi soal Hati. Pemberian kita harus berangkat dari Ketulusan hati kita. Jangan dengan terpaksa, Berilah dengan Sukacita.. Dia telah berikan berkat-berkat-Nya bahkan Dia telah berikan Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita. “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga”. (2 Kor 9:6)

SIAPAKAH ORANG MAJUS ?


NATAL KEDUA
(Pesta Paduahon ari hatutubu ni Tuhan Jesus)

Topik: Yesus Terang Dunia
(Jesus Panondang di Portibi on)

Warna Tutup Altar : Bontar (Putih)
Warna simbol: Kasih dan Keagungan Tuhan

Ev. Yohanes 8:12-20
Ep. Wahyu 12:13-17

SIAPAKAH ORANG MAJUS ?
Orang Majus disebut orang bijak atau raja-raja dari timur. Mereka adalah ahli astronomi (ilmu perbintangan), tahu benar letak bintang, pergerakan dan tanda-tandanya. Bukan hanya itu, mereka juga percaya bahwa matahari, bulan dan bintang-bintang secara periodik memberi tanda-tanda yang dapat dipakai meramalkan peristiwa-peristiwa masa depan dan nasib seseorang atau bangsa. Karena itu mereka tahu benar apa arti bintang yang nampak di timur tersebut. Peristiwa ini semakin menegaskan bahwa Allah dapat memakai siapa saja dan apa saja untuk menggenapi setiap rencana-Nya. Selain memanggil dan memilih orang-orang yang sederhana, seperti Maria dan Yusuf, serta para gembala di padang yang menurut pandangan manusia tidak pantas dan tidak layak, ternyata Allah juga memakai orang-orang terpelajar supaya dengan pengetahuan yang dimiliki mereka memahami kehendak Allah dalam hidupnya. Selain itu kita dapat belajar tentang kerendahan hati. Kita tahu bahwa orang-orang Majus ini adalah raja-raja dari timur dan astronom, tetapi mereka rela meninggalkan kesibukan dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk mencari bayi yang baru dilahirkan. Setelah bertemu dengan Yesus mereka sujud menyembah Dia. Bagi mereka Yesus jauh lebih utama dan jauh lebih berharga dari segala sesuatu yang dimilikinya. Mereka mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” Emas gambaran dari barang yang berharga, kemenyan berbicara tentang pujian dan penyembahan, sedangkan mur berbicara tentang ketekunan.