IBADAH YANG BENAR “BAKTI KEPADA ALLAH”


(Maleakhi 3:13-18)

Kemajuan tekhnologi saat ini telah menghantarkan manusia menuju kemudahan dalam segala bidang. Jika kita perbandingkan tingkat perekonomian dahulu dengan sekarang, sangatlah jelas bahwa saat ini ada peningkatan perekonomian bagi setiap orang. Lapangan pekerjaan yang seolah-olah semakin sempit ternyata telah membentuk pola pikir manusia yang semakin kreatif. Membuka lapangan kerja sendiri serta menciptakan usaha kemandirian menjadi marak sebagai bentuk kemajuan dalam kreatifitas manusia. Khususnya kemudahan untuk usaha dalam menghasilkan income yang didukung oleh perkembangan jaringan internet saat ini. Usaha-usaha online kini menjadi trend tersendiri dalam generasi millennial saat ini.

Namun disela-sela perkembangan tersebut, ada kemerosotan iman. Pola piker manusia saat ini cenderung beranggapan bahwa semua yang dihasilkannya adalah bentuk dari kerja keras dan usahanya sendiri. Iman semakin terkikis, berkat seolah-olah bukanlah anugerah yang diberikan oleh Allah. Bahkan seolah-olah Tuhan tidak ikut ambil bagian dalam kehidupan manusia. Ibadah hanya sebatas ritus yang diajarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Menariknya, keaktifan dalam ibadah tidak membentuk pola pikir yang benar-benar lahir dari iman kepada Allah. Bahkan dari tengah-tengah yang aktif beribadah, banyak yang berkata “tidak ada gunanya beribadah kepada Allah”. Beberapa jemaat beranggapan bahwa pengakuan gereja atas keanggotaan jemaatnya cukup dibayar melalui “persembahan bulanan atau tahunan”, sedang ibadah tidak diindahkan. Inilah sikap yang dikecam oleh Allah, seolah-olah Allah mampu di suap.

Nats ini mengecam perilaku yang demikian. Allah tidak dapat ditipu dan tidak dapat dibohongi. Itu sebabnya Allah berbicara dengan keras “Bicaramu kurang ajar tentang Aku.” (ayat 13). Memberikan persembahan kepada Allah adalah baik, sama baiknya dengan memberikan hati untuk mendengarkan Firman Allah. Tetapi jika hati dan pikiran tidak tertuju kepada Allah, semua itu menjadi sia-sia. Terlebih jika ada perkataan yang membuat seolah-olah apa yang dilakukannya jauh lebih penting. Hal inilah yang dikecam oleh Yesus dalam Epistel. Apa yang diperbuat Maria adalah baik, yaitu mendengarkan Kristus dan berbicara denganNya. Tetapi apa yang dilakukan Marta juga baik, mempersiapkan apa yang terbaik bagi Yesus. Hanya saja ucapan Marta yang tidak disukai oleh Yesus. Marta tidak mengajarkan secara langsung kepada Maria mengenai sopan santun, tetapi justru ia meminta kepada Yesus agar Kristus membela dirinya kepada Maria, seolah-olah apa yang dilakukan Maria tidak berguna. Segala sesuatu berguna dihadapan Tuhan, yang membuat segala sesuatunya rusak adalah hati dan ucapan yang tidak baik. Paulus berkata: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1). Karena itu perbuatlah segala sesuatunya dengan hati yang tertuju kepada Allah dan jangan ada iri serta dengki di dalam hati serta ucapan, sehingga apa yang kita lakukan tidak menjadi dosa. Seperti yang tertulis dalam Kolose 3:23 “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Amin.

(Pdt Kadir Manullang)

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s