Tuhan Sumber Hikmat


1 Korintus 1:18-25
Paulus mengutip Yesaya 29:14 untuk menunjukkan bahwa sejak zaman Perjanjian Lama hikmat Allah selalu bertentangan dengan hikmat manusia. Manusia selalu berusaha mencari keselamatan melalui hikmatnya sendiri atau melalui hukum Taurat, karena Allah menyediakan jalan keselamatan yang mereka anggap tidak masuk akal dan dianggap bodoh, yaitu iman kepada Tuhan Yesus yang disalibkan. Pemberitaan tentang salib akan dipandang sebagai “kebodohan” oleh mereka yang kurang mengerti, sebab dalam penilaian manusia memang nampaknya bodoh kalau Anak Allah dibunuh oleh karena dosa manusia, seharusnya dosa itu bisa dibinasakan oleh-Nya. “Tanda” dan “Hikmat” merupakan ciri khas dari dua macam kebudayaan utama yang terdapat dalam jemaat Korintus. “Menghendaki Tanda” adalah cirri khas orang Yahudi yang selalu bettindak berdasarkan fakta atau realita, bukan berdasarkan pemikiran atau teori saja. Sejak zaman Perjanjian Lama orang Israel selalu meminta tanda dari Allah, sebagai bukti dari kehadiran dan penyertaanNya. Demikian juga mereka selalu meminta tanda dan mujizat dari Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Mesias yang sejati (band. Yoh. 6:30). Mereka menilai kematian Yesus sebagai suatu kegagalan besar, sebab tidak sesuai dengan harapan mereka tentang seorang Mesias yang agung dan mulia. Namun anehnya, mereka juga tidak percaya pada tanda Kristus yang terbesar, yaitu kebangkitanNya. Hal ini semakin menunjukkan bahwa mereka kurang mengerti tentang begitu banyak nubutan tentang penderitaan Mesias yang terdapat dalam Perjanjian Lama (Yes. 53, Mzm. 22).

“Mencari hikmat” adalah cirri orang Yunani yang selalu menekankan bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh melalui filsafat dan logika atau dengan memakai otak dan pikiran manusia sendiri. Bagi mereka, Injil dan salib Kristus adalah kebodohan, karena tidak masuk akal bahwa seorang yang sudah mati dapat menyelamatkan orang lain. Sehingga bagi kedua golongan kebudayaan besar itu, Injil merupakan berita yang sulit untuk diterima dan harus ditolak. Rasul Paulus menjelaskan bahwa pemberitaan tentang salib adalah kebodohan bagi dunia, tetapi bagi kita yang berada di dalam Kristus, pemberitaan itu adalah hikmat Allah. Jadi pada dasarnya, hikmat Allah menyatakan betapa terbaliknya pemikiran dunia! Dunia berpikir bahwa mereka penuh hikmat, dan menurut mereka, orang-orang Kristen hanya menyia-nyiakan waktu untuk pergi ke gereja dan membicarakan tentang “cara mendapatkan keselamatan”. Padahal itulah kebenaran yang akan membawa orang-orang yang terhilang ke dalam suatu hubungan yang menyelamatkan mereka.

Pdt. Rohara Panjaitan

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s