Kebahagiaan mendengar Firman Tuhan


(Lukas 11: 27 – 28)
Selamat hari Minggu buat kita semua! Saudara terkasih di dalam Yesus Kristus, setiap orang pasti mengharapkan yang namanya kebahagiaan terjadi di tengah – tengah kehidupannya. Itulah yang menjadi harapan setiap manusia dan dapat dipastikan, tanpa terkecuali. Demikian jugalah yang disampaikan oleh seorang filsuf terkenal yakni Aristoteles. Ia mengatakan kebahagiaan adalah cita – cita tertinggi dalam hidup manusia. Pandangan ini sekaligus menegaskan bahwa kebahagiaan itu adalah sudah hal yang mutlak diharapkan semua umat manusia.
Berbicara tentang kebahagiaan, tentu beraneka ragam pandangan setiap orang dalam melihat dan mengukur kebahagiaan itu. Dalam konsep Batak kebahagiaan itu diukur dengan 3 H, Hamoraon (Kekayaan), Hagabeon (Keturunan) dan Hasangapon (Kehormatan). Tetapi, bila kita lihat dalam kehidupan sehari – hari terkadang tidak sedikit orang yang meskipun mempunyai banyak harta, tetapi orang tersebut tidak juga merasakan kebahagiaan. Hal ini bisa jadi karena konflik di tengah – tengah rumah tangga dan hubungan kekeluargaan dengan kerabat yang lain tidak baik adanya. Begitu juga dalam hal anak (keturunan), tidak sedikit orangtua tidak merasakan kebahagiaan, bahkan mau melontarkan perkataan: telah menyesal melahirkan anaknya tersebut. Hal ini dikarenakan anaknya tidak menghormati orangtuanya atau candu dengan narkoba dan lain – lain. Begitu juga dalam hal penghormatan. Bisa jadi orang tersebut dihargai orang lain tetapi tidak dihargai oleh anaknya sendiri. Ini juga dapat menghilangkan rasa kebahagiaan itu. Benar, memang kekayaan, keturunan dan kehormatan dapat memberikan kebahagiaan, tetapi perlu diketahui itu adalah kebahagiaan sementara. Kalau begitu yang menjadi pertanyaan, apakah kebahagiaan sejati itu?
Nats hari ini menyampaikan, kebahagiaan sejati itu adalah ketika seseorang mau mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Inilah yang disampaikan langsung oleh Tuhan Yesus kepada seorang perempuan yang berseru di tengah – tengah keramaian orang banyak pada saat Tuhan Yesus mengusir roh jahat dan memberi pengajaran. Perempuan tersebut menyerukan berbahagialah ibu yang mengandung dan menyusui Engkau. Ungkapan kejujuran dan penghargaan tinggi ini berangkat dari rasa kekagumannya melihat Tuhan Yesus yang sangat dahsyat dalam mengusir roh jahat dan di dalam mengajar. Ungkapan perempuan ini sebenarnya tidak ditolak oleh Yesus, hal yang diungkapkan olehnya sebenarnya dapat diterima; tetapi Tuhan Yesus hendak membuka pola pikir perempuan tersebut, agar lebih luas dan lebih tinggi lagi, supaya yang menjadi sorotan itu bukan manusia (Marianya) tetapi Yesus itu sendiri dengan mendengarkan firmanNya dan memeliharanya. Firman Tuhan dapat menguatkan setiap orang di dalam kesulitan ataupun masalah di dalam hidupnya dan menguatkan untuk menang dalam menghadapinya. Dan firman Tuhan jugalah yang menyertai langkah setiap orang, agar tidak jatuh ke dalam dosa. Untuk itu nats ini, mengajak kita supaya tidak bosan – bosannya kita mendengarkan Firman Tuhan baik melalui membaca Alkitab serta memelihara firmanNya (menerima, melakukan dan menghidupinya) di dalam kehidupan kita. Amin

Tinggalkan komentar