MINGGU ROGATE, 06 MEI 2018
Keluaran 32: 7-14
Ada sebuah kisah tentang seorang wanita yang merawat mobilnya begitu rupa. Suatu malam, garasinya terbakar. Ia berusaha menerobos kobaran api untuk menyelamatkannya sehingga para tetangga harus menahannya. Ketika mobilnya meledak, ia tersadar bahwa ia hampir mengorbankan nyawa hanya untuk mobil itu. Mobil tersebut telah menjadi berhala dalam hidupnya. Tatkala mendengar kata berhala, yang terlintas dalam pikiran kita biasanya adalah sebuah patung manusia atau hewan yang dijadikan pusat penyembahan. Sebagai contoh, patung anak lembu emas yang dibuat bangsa Israel beberapa saat setelah mereka keluar dari Mesir (Keluaran 32:1-6). Kita tahu Allah sangat membenci berhala semacam itu. Namun, mungkinkah kita menyembah berhala tanpa menyadarinya?
Dalam perikop ini “Bangsa Israel melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir, kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.” (ay.1). Harun mengiyakan dan melakukan permintaan bangsa itu. Melihat hal itu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya.” (ay.7), mereka telah menyimpang dari jalan yang telah Kuperintahkan (ay.8) sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. (ay.9).
Masalah besar datang! Murka Tuhan bangkit terhadap mereka dan akan membinasakan mereka. (ay.10). untuk itu Musa berdoa, mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: “Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?” (ay.11). Yakobus berkata: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yak.1:5). Musa seorang yang berhikmat dan hikmatnya bersumber dari Tuhan. Hikmatnya bekerja dan dia berdoa untuk bangsanya. Atas peristiwa tersebut Musa sebagai seorang pemimpin tampil untuk meminta belas kasihan dari Allah. Musa tidak membiarkan umat Allah dikutuk dan dihukum, namun dengan berani memohon pengampunan dan melunakkan hati Tuhan. “Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.” (ay.14).
Upah dosa adalah maut (Roma 6:23a). Bila dosa menguasai hati manusia maka kebinasaan menantinya. Untuk itu hendaklah orang berdosa memohon pengampunan dosa supaya murka Allah tidak terjadi. Doa menjangkau banyak hal, juga memiliki kekuatan mengubah keputusan Allah. Doa dan kerendahan hati Musa, menyelamatkan bangsanya. Yakobus mengatakan, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5,16b). untuk itu berdoalah untuk bangsamu, untuk keluargamu dan berdoalah juga bagi mereka yang menganiaya kamu. (Mat. 5: 44). Selamat hari Minggu. Amin.
(Pdt. Rahmat Lumban Tobing)