Amin dalam bahasa Ibrani: אָמֵן, Standar amen Tiberias ʾāmēn; bahasa Yunani: ἀμήν, amen; Arab: آمين/أٰمِيْنَ, ʾāmīn; bahasa Inggris: Amen) merupakan sebuah kata yang dalam bahasa Ibrani berarti pasti atau tentu. Kata ini menjadi jawaban liturgis yang dengannya para penyembah mengidentifikasi diri dengan doa pujian atau doa permohonan sebelumnya. Kata ini diucapkan di belakang ucapan-ucapan yang khidmat, misalnya ucapan berkat atau memuliakan Allah.[ Kata Amin tersebut sering mengawali wacana Yesus dalam Injil Yohanes dan merupakan ungkapan keyakinan Yesus akan kekuasaan-Nya. menggunakan kata ini untuk menekankan ucapan-Nya. Kata Amin juga sering dipakai sebagai penutup doa. Jika di dalam doa, kata ini berarti “Allah pasti mendengarkan doa ini”.
Dalam Perjanjian Lama, kata Amin dipakai untuk sebuah ungkapan persetujuan (1 Raj 1:36; Yer 11:5), ungkapan mengumpat (Bil 5:22; Ul 27:15-26 dan lain-lain); juga dipakai untuk ungkapan pengukuhan (Yer 28:6). Dalam arti akhir dipakai sebagai pujian Allah, dalam sebuah doksologi atau sebuah permohonan (1Taw 16:36; dan penutupan Kitab Mazm pertama dan ke empat; (Mazm 1:1-4:8). Dalam PB, ungkapan persetujuan dalam upacara liturgi (1Kor 14:16; Wahy 5:14). Diungkapkan pula dalam penutupan doa dan doksologi (Mis.: Rom 1:25; 9:5; 11-36) bukan sebagai persetujuan, melainkan sebagai permohonan, agar dipenuhi perjanjian-perjanjian Tuhan. Yesus sendiri adalah satu-satunya yang mendahului putusannya dengan ~A. (: sungguh demikian) dan dengan demikian Yesus menjamin kebenaran sebutannya dengan kata ~A. itu.